''Avempace''.
Begitulah ilmuwan Barat biasa menyebut Ibnu Bajjah, ilmuwan Muslim terkemuka di
era kejayaan Islam Spanyol. Ziaduddin Sardar dalam bukunya, Science in Islamic
Philosopy, menabalkan Ibnu Bajjah sebagai sarjana Muslim multitalenta. Ibnu
Bajjah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisikawan, psikolog,
pujangga, filsuf, dan ahli logika serta matematikus. Sejatinya, Ibnu Bajjah
bernama Abu-Bakr Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sayigh. Namun, ia lebih populer
dengan panggilan Ibnu Bajjah yang berarti "anak emas". Sang ilmuwan
agung ini terlahir di Saragosa, Spanyol, tahun 1082 M. Ibnu Bajjah
mengembangkan beragam ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun.
Ibnu Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Alquran. Kehebatannya dalam filasat setara dengan
Al-Farabi ataupun Aristoteles. Pemikirannya tentang filsafat sangat memengaruhi
Ibnu Rusyd dan Albertus Magnus. Ibnu Bajjah menemukan gagasan filsafat
ketuhanan. Ia menetapkan manusia boleh berhubungan dengan akal fa'al melalui
perantaraan ilmu pengetahuan dan pembangunan potensi manusia. Menurutnya,
manusia boleh mendekati Tuhan melalui amalan berpikir dan tidak semestinya
melalui amalan tasawuf yang dikemukakan Imam Al-Ghazali. Dengan ilmu dan amalan
berpikir tersebut, segala keutamaan dan perbuatan moral dapat diarahkan untuk
memimpin serta menguasai jiwa. Ia meyakini usaha ini dapat menumpas sifat
hewani yang bersarang dalam hati dan diri manusia.
Pandangan filsuf multitalenta ini dipengaruhi oleh ide-ide Al-Farabi. Ia
menuangkannya dalam Risalah //al-Wida// dan Kitab Tadbir al-Muttawwahid. Di
dalam risalah dan kitab tersebut terlihat jelas pembelaannya terhadap
karya-karya Al-Farabi dan Ibnu Sina. Sebagian pemikir mengatakan bahwa Kitab
Tadbir al-Muttawwahid sama dengan buku al-Madinah al'Fadhilah yang ditulis
Al-Farabi. Al-Farabi dan Ibnu Bajjah meletakkan ilmu untuk mengatasi
segala-galanya. Mereka hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu
hakikat yang padu. Upaya untuk memisahkan kedua-duanya hanya akan melahirkan
sebuah masyarakat dan negara yang pincang. Oleh sebab itu, akal dan wahyu harus
menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah negara serta masyarakat yang bahagia. Ibnu Bajjah pun sangat menguasai logika. Menurutnya, sesuatu yang
dianggap ada itu sama benar-benar ada atau tidak ada bergantung pada yang
diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan.Justru,
apa yang diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu
boleh jadi mungkin benar dan tidak benar. Kenyataannya, banyak perkara di dunia
yang tidak dapat diuraikan menggunakan logika. Jadi, Ibnu Bajjah belajar
ilmu-ilmu lain untuk membantunya memahami hal-hal yang berkaitan dengan
metafisika, seperti ilmu sains dan fisika.
Kontribusi
Ibnu Bajjah dalam Bidang Sains Astronomi
Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah telah mencetuskan sebuah model planet. ''Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah telah menemukan sebuah sistem yang tak menyebut terjadinya epicycles. Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,'' ungkap Maimonides. Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles tentang Meteorologi. Ia bahkan telah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan. Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ''Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan satu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ''khayal muttasil'' (gambar yang berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ''khayal muttasil'' itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).'' Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M.
Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah telah mencetuskan sebuah model planet. ''Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah telah menemukan sebuah sistem yang tak menyebut terjadinya epicycles. Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,'' ungkap Maimonides. Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles tentang Meteorologi. Ia bahkan telah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan. Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ''Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan satu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ''khayal muttasil'' (gambar yang berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ''khayal muttasil'' itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).'' Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M.
Fisika
Demikian ilmu yang dapat saya bagikan.
Semoga Bermanfaat.
Wallahu a’lam. Wassalamu’alaikum.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar